Karena semua berhak untuk tersenyum

Di dalam busway

Sore itu.. harga seuntai senyum terasa sangatlah mahal, wajah-wajah lelah, capek, dan kantuk (untuk tidak mengatakan cemberut) diobral murah, sebuah panorama yang sudah tak asing lagi di ibu kota Jakarta, khususnya pada jam-jam pulang kerja. Demikian halnya Musafir saat itu, pening dikepala membuat raut wajah ini,ikut latah, enggan tak bersenyum.

Tawa mungil seorang bocah memecah kusunyian kala itu. Semakin lama tawa itu pun makin menjadi. Usut punya usut, ternyata tawa kebahagiaan tersebut adalah milik seorang anak yang sedang di uji oleh Allah, entahlah.., penyakit apa yang sedang dideritanya. Bukan penyakit biasa nampaknya, kepala berukuran 2 kali ukuran kepala normal menunjukkan hal itu. Ada sang ibu selalu setia disisinya, kedua kaki kurusnya terayung2 dalam mengiringi irama tawanya.

Subhanallah… Dia pun terus tertawa gembira, wajahnya polos tanpa beban, tak seorang pun berhak melarangnya untuk itu. Tawa itu seakan mengubur dalam-dalam derita yang dialaminya, lalu menumbuhkan bahagia dihatinya.

Lalu, pertanyaan buat kita yang masi diberi nikmat sehat dan afiat oleh-Nya;

apa yang menghalangi kita untuk sekedar tesenyum indah?

Bukankah senyum menyejukkan jiwa orang lain, menenangkan hati kita jikalau sedang kalau...?

Maka dari ini, mari mulai sekarang, untuk selalu tersenyum… karena semua berhak untuk tersenyum!!.

Baca Juga